WORLD ON FIRE (INA)
A conversation with Melissa Kowara of Extinction Rebellion
K: Baik, saya akan memulai dengan memperkenalkan Green Drinks Jakarta. Green Drinks adalah sebuah acara perkumpulan global bagi siapa saja yang menganggap dirinya green. Kalian bisa saja bekerja dalam industry energi, konservasi, kepemerintahan, kewirausahaan atau apapun itu— semua orang kami sambut hangat di Green Drinks. Green Drinks sendiri sebenarnya merupakan sebuah organisasi global, dengan banyak cabang di berbagai lokasi. Siapa pun dapat bergabung ataupun memulai cabang baru. Tim Green Drinks Jakarta terdiri dari sukarelawan yang bekerja di berbagai sektor, dan kami sebelumnya telah mengadakan acara di coworking spaces WeWork dan Greenhouse Coworking. Untuk info lebih lanjut silahkan buka situs greendrinks.org lalu carilah kota Jakarta. Jika Anda berdomisili di tempat lain, mungkin ada cabang lain di daerah Anda juga, dan tentu saja Anda selalu dapat memulai cabang baru di kota Anda sendiri. Untuk info lebih lanjut tentang Green Drinks Jakarta dan acara kami, silahkan buka halaman Eventbank kami, sekali lagi tautannya ada di komentar yang disematkan. Jika Anda ingin menggunakan platform kami untuk berbagi informasi, jangan ragu untuk mengirim email kepada kami di greendrinks.jkt@gmail.com. Perkenalkan, nama saya Karina Kusumadewi dan saya adalah host livestream kali ini. Narasumber kita hari ini adalah Melisa Kowara dari Extinction Rebellion Indonesia. Dan saya akan mengundangnya masuk ke livestream ini sekarang.
M: Hai! Karena acara ini disebut Green Drinks saya pikir kita perlu minum!
K: Sesuai dengan tema minuman saya juga punya botol air minum saya di sini. Bukanlah minuman yang menarik namun begitulah. Nah, saya akan memperkenalkan narasumber kita hari yaitu Melissa. Dia adalah seorang pengrajin mainan, pemilik restoran, dan juga seorang aktivis dan salah satu koordinator untuk Extinction Rebellion Indonesia. Melissa, bisakah anda memberikan sedikit perkenalan tentang Extinction Rebellion? Terutama tentang cabang di Indonesia?
M: Tentu saja! Saya tidak yakin bila semua pemirsa hari ini telah mendengar tentang Extinction Rebellion (XR). XR sendiri awal mulanya didirikan di Inggris pada tahun 2018. Bukanlah sebuah organisasi maupun perusahaan, XR merupakan sebuah gerakan. Artinya, kami sepenuhnya terdesentralisasi. Kami mengikuti sebuah sistem yang disebut The Culture di mana peran koordinator utama harus bergilir setiap 3 bulan. Jadi kami tidak mempunyai pemimpin, hanya gerakan. Seperti gerakan Black Lives Matter sekarang ini, mereka sebuah gerakan. Tujuan gerakan kami hanya satu, yaitu memberontak terhadap nasib kepunahan manusia yang disebabkan oleh sebuah sistem yang cacat. Kita hidup di dunia yang toxic di mana— kita semua terlahirkan ke dalam dunia ini, kita tidak memilih ini, namun kita sekarang berada di tengah peristiwa kepunahan massal keenam dunia. Kenapa? Karena sebagian golongan elit telah membuat dunia seperti ini. Seperti yang saya bilang tadi, ini bukanlah salah per individu, melainkan salah dari sistem yang cacat itu. Jadi tujuan gerakan kami adalah untuk mengutarakan itu: kami ingin sistem ini untuk berubah agar kita semua tidak mati karena ini. Intinya itu. Sekali lagi, gerakan ini sebenarnya sudah berada di 120 negara sekarang. Sudah meluas. XR Indonesia baru saja didirikan pada bulan Agustus tahun lalu namun keanggotaan kami terus bertambah! Semoga semua yang mendengarkan kami akan setuju dan bergabung, karena kami bukanlah sebuah perusahaan atau sebagainya, kami berbentuk sebagai sebuah pernyataan bahwa kami tidak ingin mati karena sebuah sistem yang rusak.
K: Baik. Ya, sepengertian saya XR ini menjunjung people power, kan? XR ingin menyatukan suara masyarakat, mengeraskan suara kita bersama untuk melawan kepunahan dan mendesak pemimpin-pemimpin kita untuk membuat perubahan.
M: Betul. Itu mengapa di seluruh dunia XR hanya mempunyai 3 tuntutan. Sebenarnya itu juga alasan kami bergabung dibawah, istilahnya, brand atau logo yang sama. Ini, saya punya logonya di sini. Yang ini telah diubah sedikit agar lebih cocok untuk Indonesia. Anda bisa melihat warna merah-putih, namun intinya logo ini menggambarkan jam pasir. Apa ya bahasa Inggris-nya ‘jam pasir’?
K: Tidak terpikirkan saat ini ya. Namun kami mengerti maksud Anda.
M: Ya, kalian mengerti maksud saya. Jadi hal ini melambangkan waktu dan lingkaran di sekitarnya melambangkan bumi. Logo kami ini menunjukkan bahwa kita sudah kehabisan waktu. Ada sebuah laporan yang bernama The IPCC Report yang dibuat oleh PBB. Sekelompok ilmuwan dari PBB telah mendeklarasikan bahwa kita hanya punya 12 tahun lagi untuk membuat perubahan. Laporan ini diterbitkan pada tahun 2018, jadi kita sekarang hanya punya 10 tahun lagi! Terima kasih, Bianca. Dia baru saja menuliskan ‘hourglass’. Ya, jam pasir disebut hourglass dalam bahasa Inggris.
K: Tidak terpikirkan saat ini ya. Namun kami mengerti maksud Anda.
M: Oleh karena itu kita hanya punya 10 tahun sampai masalah ini menjadi tidak bisa diputarbalikkan. Titik di mana ini terjadi disebut sebagai The Point of No Return, karena pada titik ini satu bencana akan memantik bencana yang lain, yang akan memperburuk yang lain, dan tidak akan ada yang dapat Anda lakukan untuk menghentikan pemanasan planet ini. Di situ lah titik di mana Anda akan berpikir, “Oke, kita benar-benar akan punah sekarang, mungkin sebagian dari kita bisa bertahan hidup di sebuah bunker di suatu tempat.” Ya, ini momen yang sangatlah kritis! Maaf, saya agak bertele-tele. Kembali ke tiga tuntutan!
K: Saya ingin menambahkan sedikit: saat perubahan ini tidak bisa diputarbalikkan lagi, dan bahkan sekarang ini pun saat perubahan sudah mulai terjadi, kita bisa melihat bahwa orang-orang yang paling kurang beruntung, yang kurang privileged, adalah orang-orang yang paling dirugikan oleh perubahan iklim. Maka dari itu isu iklim sesungguhnya merupakan isu sosial dan isu kesetaraan juga.
M: Benar sekali. Ini mengapa saya kurang suka penggunaan kata ‘iklim’, karena apakah orang-orang mengerti maksud kata ‘iklim’? Penggunaan kata ini justru membuat isu ini seakan-akan jauh dari realita kita sehari-hari. Sama halnya dengan kata ‘lingkungan’. Seakan isu ini hanya tentang hewan dan hutan, padahal yang sedang terancam sekarang ini adalah keberadaan kita sendiri. Padahal keluargamu pun bagian dari lingkungan. Keponakanku pun bagian dari iklim. Semuanya bersangkut paut. Maka dari itu penggunaan kata ‘iklim’ dan ‘lingkungan’ membuat isu ini kurang pribadi. Seperti yang Anda sebutkan tadi dengan benar, orang-orang yang akan paling terdampak adalah orang-orang yang sudah marginalized, terpinggirkan, dan mereka bahkan tidak berkontribusi banyak terhadap emisi karbon. Memang sangat tidak adil. Maka dari itu kita sering mendengar “keadilan social adalah keadilan iklim”, karena begitulah kenyataannya. Keadilan iklim mencakup hak asasi manusia, isu krisis kesehatan— semuanya. Semuanya bersambungan. Seharusnya kita tinggalkan saja penggunaan kata ‘lingkungan’, namun bagaimana pun juga di sinilah kita berada, begini apa adanya.
K: Berhubungan dengan itu, saya ingin memperkenalkan topik hari ini. Semua orang dapat melihat bahwa pada tahun-tahun terakhir ini telah ada peningkatan jumlah orang di seluruh dunia, seperti yang dikatakan Melissa, yang menuntut tindakan nyata dari pemerintah untuk menangani krisis iklim ini dengan serius dan untuk mendeklarasikan kondisi darurat iklim. Hari ini, kita akan membahas bagaimana pemerintah Indonesia menanggapi suara masyarakat yang semakin menuntut keadilan iklim. Sudah banyak organisasi seperti XR, Bye Bye Plastic Bags dan lain sebagainya, yang mungkin sepuluh tahun lalu tidak mendapatkan banyak sorotan dari media mainstream, yang sekarang lebih disorot media seperti di TV atau radio kita sendiri. Isu-isu ini sedang dibicarakan dimana-mana, lalu bagaimanakah pemerintah bereaksi terhadap ini? Dan bagaimanakah situasi PSBB merubah inisiatif atau kebijakan-kebijakan pemerintah dalam menangani isu ini? Apakah pandemi ini justru mengalihkan perhatian dari isu iklim? Kami juga ingin mendiskusikan bagaimana dunia telah berubah di tengah pandemic— lebih baik, buruk, atau dua-duanya? Kami juga ingin mengeksplorasi apa yang mungkin dilakukan pemerintah pasca-pandemi. Jadi langsung saja kita mulai. Melissa, menurut Anda bagaimana kehidupan masyarakat sekarang telah berubah dibandingkan dengan pra-pandemi? Bagaimanakah dikarantinanya masyarakat dan jarangnya orang-orang bepergian mempengaruhi lingkungan atau emisi-emisi (gas rumah kaca) kita?
M: Mungkin kita mengira bahwa karena kondisi pandemi dan orang-orang banyak di rumah saja, maka akan ada dampak besar pada emisi karbon dunia. Namun angka berbicara untuk sendirinya. Kalau tidak salah emisi karbon dunia berkurang sebanyak 14%. Jika Anda pikirkan lagi, dengan sedikit sekali adanya penerbangan di masa ini, harusnya emisi berkurang jauh lebih banyak lagi, bukan? Jika Anda benar-benar pikirkan lagi, Anda akan menyadari bahwa emisi karbon terbesar bukanlah dari keputusan-keputusan atau konsumsi individu. Sumbangan emisi karbon terbesar justru datang dari bahan bakar fosil yang dipakai untuk pembangkitan energi. Dan ada pembangkit listrik batubara yang masih berjalan, terlepas dari kebutuhan energi, hanya karena mereka ingin membakarnya. Ada sebuah fakta menarik: di pulau Jawa sendiri kita punya lebih dari 40% surplus listrik, yang sekarang menjadi cadangan, namun, mereka masih membangun pembangkit listrik baru. Untuk apa? Siapa tahu! Ya kita memang tahu, tapi tidak akan menunjuk siapa-siapa. Itu satu aspek. Lalu aspek lainnya, seperti pertambangan. Pertambangan adalah salah satu industri yang diperbolehkan untuk tetap bergerak selama PSBB. Keputusan ini bisa dilihat di seluruh dunia. Sebenarnya ini sangat menyedihkan. Sebagai contoh lihat apa yang terjadi di Brazil: deforestasi terjadi lebih banyak di masa ini dibandingkan dengan masa pra-pandemi. Ini terjadi karena orang-orang yang berdemonstrasi dulu, tidak bisa berdemonstrasi secara fisik sekarang. Jadi mereka bisa memotong dan membakar hutan seenaknya. Hal seperti ini juga terjadi di Indonesia. Baru-baru ini, pemerintah Indonesia mengesahkan UU MINERBA, yang berkepanjangan ‘mineral dan batu bara’. Dari awal ini memang undang-undang yang bermasalah dan Presiden Jokowi bahkan sudah mengatakan bahwa mereka tidak akan mengesahkan UU ini. Dan kemudian ketika pandemi melanda, tiba-tiba mereka menyatakan bahwa "Oke, kita akan melakukan finalisasi undang-undang ini." Lalu keesokan harinya, "OK ini sudah distempel." Selesai! Lah, apa yang telah terjadi?
K: Jadi begitu mata tidak tertuju pada mereka, mereka langsung melakukan apa saja yang mereka mau.
M: Menyedihkan sekali! Bukan hanya Indonesia, Australia juga. Australia memiliki banyak tambang yang baru saja dibuka selama dua bulan terakhir yang sebelumnya tidak diizinkan. Lagi-lagi karena orang-orang tidak dapat memprotes sehingga mereka memutuskan untuk melanjutkan saja. Menyedihkan. OK, tapi saya juga ingin berbagi kabar baik. Di lain sisi, saya sebenarnya juga penuh harapan pada umat manusia. Kita bisa melihat dari apa yang terjadi selama pandemi ini bahwa kemanusiaan pada dasarnya baik. Saya yakin banyak orang yang mendengarkan sekarang tadinya berpikir bahwa kondisi di Indonesia akan jauh lebih parah daripada sekarang di masa pandemi ini. Satu-satunya alasan mengapa kita lumayan baik-baik saja sampai sekarang, adalah karena warga sipil telah turun tangan dan saling bergotong-royong. Ini adalah hal yang sangat memberi harapan karena ini benar-benar menunjukkan bahwa jika umat manusia benar-benar bersatu kita dapat memecahkan berbagai macam masalah dan kita dapat mengesampingkan agenda-agenda individu untuk kebaikan bersama. Sekali lagi, sebenarnya manusia itu pada dasarnya berhati nurani. Lalu, (hal baik lain tentang pandemi ini adalah) acara-acara livestream seperti ini tidak akan sukses pada masa pra-pandemi, kan?
K: Pasti. (Dengan format offline kami sebelumnya) kami tidak akan bisa menjangkau orang sebanyak ini karena para penonton berasal dari kota yang berbeda-beda..
M: Tepat sekali. Jadi hal-hal semacam ini lah yang menurut saya merupakan hal positif dari pandemi. Orang-orang menjadi lebih terdidik. Kita bisa balajar tentang hal-hal baru setiap hari. Contohnya tentang gerakan-gerakan seperti Black Lives Matter, Papuan Lives Matter— bahkan sebelumnya saya tidak sadar akan rasisme yang terjadi pada orang Papua. Dengan hal-hal seperti ini, pengetahuan kita menjadi lebih luas. Walaupun para pemerintah sedang melakukan hal-hal yang perlu dipertanyakan, sepertinya kekuatan masyarakat akan berhasil untuk menghapus kejadian-kejadian seperti itu, mudah-mudahan cepat atau lambat.
K: Terutama sekarang dalam kondisi PSBB ini, kita dapat melihat bahwa beberapa hal yang sebelumnya kita kira sangat kita perlukan untuk kehidupan kita ternyata bukan sebuah kebutuhan sama sekali. Semoga (di masa karantina ini) orang-orang bisa lebih sadar akan apa yang mereka habiskan dengan uang mereka, bagaimana mereka menjalani hidup mereka, dan benar-benar mengevaluasi ulang prioritas hidup mereka, dan mulai berpikir tentang bagaimana gaya hidup kita berdampak pada dunia. Nah, saat ini, karena kita dalam karantina - apa yang bisa kita lakukan untuk mengawasi pemerintah? Kita tidak bisa secara fisik pergi ke jalan, protes - apa yang bisa kita lakukan untuk memberi tahu pemerintah bahwa kita tetap memperhatikan mereka?
M: Menurut saya, yang lebih penting adalah mendidik diri sendiri. Cobalah untuk mendidik diri sendiri setiap saat. Baca lebih banyak berita tentang ini, ikuti terus. Salah satu hal yang selalu saya baca adalah artikel-artikel dari The Guardian, yaitu salah satu jurnal yang lebih independen, dan mereka banyak membahas krisis iklim. (Yang saya anjurkan untuk Anda lakukan adalah) benar-benar berusaha untuk lebih sadar, cari tahu lebih banyak informasi, dan pastikan untuk gunakan suaramu. Tingkatkanlah kesadaran di antara lingkaran Anda sendiri, dan kemudian sebarkan lagi. Sungguh, semakin banyak orang membicarakan hal ini, semakin kesadaran akan isu-isu ini menjadi mainstream, gerakan ini akan semakin kuat bukan? Sama juga seperti Black Lives Matter — oh sepertinya seseorang baru saja berkomentar, "Apakah Anda pikir itu juga akan terus terjadi pasca-pandemi?" Tentu saja - ini sudah menjadi masalah sejak lama, namun belum pernah mendapat perhatian sebanyak ini saja. Banyaknya orang yang di rumah saja tentu membantu dalam perhatian berita yang jauh lebih tinggi dari sebelumnya ini. Tingkat perhatian yang sama perlu kita bawa untuk krisis iklim, karena ini memanglah sebuah krisis. Tidak hanya mempengaruhi satu komunitas, ini mempengaruhi semua orang. Jadi, terus didiklah diri Anda, dan sebarkan (apa yang telah Anda pelajari). Dengan XR, kami benar-benar percaya bahwa perubahan akan terjadi, ketika ambang tertentu tercapai. Kami percaya pada hal yang disebut The Theory of Change, Teori Perubahan. Ini teori yang didasarkan dari sejarah. Teori Perubahan menyatakan bahwa di mana pun di dunia, sepanjang sejarah, jika Anda memiliki tiga setengah persen dari populasi berdiri dan menuntut hal yang sama, melalui metode aksi langsung tanpa kekerasan - yang pada dasarnya berarti protes damai yang bersifat disruptif - karena protes pada dasarnya memang sesuatu yang disruptif, atau mengganggu - Anda memblokir..
K: Ya protes memang pada dasarnya bersifat disruptif, tentu saja.
M: Betul. Memang harus disruptif atau mengganggu karena kalau tidak, hasilnya hanyalah "Ya, Anda hanya nongkrong di jalan-jalan, silakan saja." Dan tidak ada yang akan mengubah apa pun dan pemerintah tidak akan mendengarkan. Namun jika dilakukan dengan cara yang mengganggu - dan bisa dilihat di setiap gerakan di seluruh dunia - setelah Anda melewati batas tiga setengah persen perubahan selalu terjadi. Kami telah melihat ini terjadi dalam sejarah, di Filipina..
K: Hanya tiga setengah persen? Hanya itu yang dibutuhkan?
M: Hanya itu yang dibutuhkan.
K: Itu sepertinya tidak terlalu sulit untuk diraih. Kita pasti bisa mencapai tiga koma lima persen, kan?
M: Tepat sekali! Sangat bisa tercapai! Dan sumber harapan terbesar saya sekarang adalah nanti begitu perubahan sudah dituntut, sebenarnya semua solusinya sudah diketahui. Satu-satunya alasan mengapa kita belum mempraktikkan semua perubahan ini yang benar-benar akan membawa kami keluar dari masalah ini, adalah karena pemerintah belum memiliki niat untuk melakukannya. Padahal kita sudah tau solusi-solusinya. Pilih masalah apa saja yang kita miliki yang berkontribusi terhadap krisis iklim, dan saya jamin sudah ada solusinya di luar sana.
K: Ya benar. Menurut saya belum ada tindakan dari pemerintah karena mungkin mereka belum melihat bahwa inilah yang masyarakat inginkan. Pada akhirnya, kita negara berdemokrasi, suara kita memiliki kekuatan, dan jika kita cukup menunjukkan kepada para pemimpin bahwa, "Hei, kau tidak akan kami pilih jika kau terus melakukan hal licik terhadap lingkungan,” sepertinya mereka akan terpaksa untuk memperhatikan apa yang sebenarnya kita inginkan. Karena itulah inisiatif seperti XR sangat penting dalam memperkuat dan menyatukan suara-suara ini untuk mendorong agenda perubahan ini kepada pemerintah. Nah, saya ingin bertanya tentang pemerintah Indonesia. Langkah-langkah apa yang telah mereka buat untuk memutarbalikkan krisis iklim? Sudahkah mereka berbuat apapun? Dan apakah ada perubahan selama pandemi?
M: Nah, beberapa orang akan sangat kesal atau frustrasi mendengar ini. Jadi pemerintah Indonesia, dan banyak pemerintah lain di luar sana, sangatlah fokus pada pertumbuhan ekonomi. Dan sampai batas tertentu saya juga mengerti logika umum dari itu. Negara kita masih terbelakang, masih ada banyak kemiskinan, jadi kita membutuhkan orang untuk tumbuh, kita membutuhkan lebih banyak uang sehingga kita dapat berinvestasi kembali untuk kesejahteraan masyarakat. Tetapi faktanya pertumbuhan ekonomi diukur oleh satu hal, yaitu GDP (Gross Domestic Product) atau PDB (Produk Domestik Bruto) yang pada dasarnya merupakan takar ukur untuk berapa banyak uang atau berapa banyak nilai yang dihasilkan melalui produk yang dibuat atau dibeli, tergantung pada cara Anda menghitungnya, oleh negara Anda. Jadi PDB mengukur berapa banyak uang yang dihasilkan oleh sebuah ekonomi. PDB tidak menjelaskan apapun tentang tentang siapa saja dalam ekonomi tersebut yang memiliki kekayaan itu. Maka dari itu, secara harfiah, PDB hanyalah jumlah kekayaan suatu negara. Jadi bisa saja ada satu orang yang membuka tambang emas dan memproduksi sepuluh miliar dolar, dan negara bisa bilang "wah, kami telah mencapai pertumbuhan ekonomi!" Namun ini PDB tidak mengindikasikan apa-apa tentang apa yang harus dicapai suatu negara yaitu kesejahteraan rakyat.
K: Benar ya, PDB tidak mengindikasikan bagaimana kekayaan itu terdistribusikan di masyarakat.
M: Ya, tidak sama sekali. Jadi itu masalahnya. Sejak awal, negara sudah fokus pada PDB, metrik yang pada dasarnya kurang tepat untuk digunakan. Saking fokusnya pada PDB, negara menjadi tidak mempedulikan hal-hal lain, termasuk lingkungan. Jadi itu sebabnya ada banyak pembakaran hutan, berdirinya banyak tambang batu, dan digusurnya masyarakat adat dan sebagainya. Karena hal-hal ini dianggap harus dilakukan demi mengikuti skema pertumbuhan ekonomi. Ini yang bisa kita lihat masih terjadi, dan ini bisa dibuktikan karena negara baru saja menyerahkan sebuah dokumen yang disebut NDC – maaf saya akan melihat kertas contekan saya di sini – yaitu Nationally Determined Contribution atau Kontribusi Yang Ditentukan Secara Nasional. Sebagai bagian dari IPCC, mungkin Anda pernah mendengar tentang Perjanjian Iklim Paris, sebagai bagian dari perjanjian yang tidak mengikat ini, setiap negara harus menyerahkan NDC yang pada dasarnya menguraikan kebijakan mereka untuk sepuluh hingga dua puluh tahun ke depan, hingga tahun 2050, tentang hal-hal yang akan memitigasi krisis iklim.
K: Oke, jadi di dalam NDC kita bisa berekspektasi untuk melihat rencana untuk menghilangkan sumber energi yang tidak terbarukan, kan?
M: Seharusnya, kan? IPCC sangat jelas: jika kita tidak ingin terjadi perubahan iklim yang tidak bisa diputarbalikkan (ireversibel) — kondisi yang akan sangat sangat buruk — kita harus memotong semua emisi gas efek rumah kaca sebanyak 45% pada tahun 2030. Dan itu artinya tidak bisa lagi ada batu bara. Kita harus memotong, bukan asal tidak menambah. Memotong! Jadi kita benar-benar harus menyingkirkan semua batubara.
K: Benar, dan kita hanya punya 10 tahun. Ini belum tentu cukup.
M: Ingatlah 10 tahun itu bukan kurun waktu yang pasti juga karena semua angka-angka ini didasarkan pada model komputer. Tidak mungkin bagi kita untuk memasukkan semua variabel di dunia, di seluruh bumi, ke dalam model itu untuk bisa mendapatkan tingkat akurasi seratus persen. Jadi yang sering kita lihat akhir-akhir ini, seorang ilmuwan akan punya model baru dan mengatakan "Oh kita belum memperhitungkan ini sebelumnya, oh kita belum memperhitungkan itu, oh sebenarnya ini akan terjadi lebih cepat," Jadi mungkin angka 10 tahun itu sebenarnya adalah 5 atau 3? Kita tidak tahu. Cukup menakutkan.
K: Begitu ya, selalu diperbarui. Jadi sangat mengkhawatirkan. Menurut Anda bagaimana pemerintah akan bertindak pasca-karantina?
M: Sebenarnya pemerintah merilis NDC tepat ketika karantina baru dimulai. Oke, coba saya bercerita dari awal dulu. Saat ini, dunia berada di sekitar 1,1 derajat Celsius lebih panas daripada masa pra-revolusi industri. Itulah patokannya, pra-revolusi industri, karena saat itulah kita mulai meningkatkan emisi karbon dunia. Sekali lagi, sekarang 1.1 derajat di atas itu. Jika kita sekarang menghentikan semua emisi karbon di seluruh dunia, Bumi akan tetap menjadi lebih hangat, karena ada banyak karbon dan gas rumah kaca di atmosfer yang belum berpengaruh. Jika kita menghentikan semuanya sekarangpun, pada akhirnya ini tetap akan menyebabkan pemanasan sebesar 1,4 derajat Celcius. Jika kita menghentikan semuanya sekarang di seluruh dunia, bumi akan tetap menjadi lebih panas, yang berarti masih akan ada lebih banyak banjir dan badai, ada lebih banyak kebakaran. Masih akan ada lebih banyak bencana alam. Akan masih terjadi. Jadi, yang ingin kami lakukan adalah untuk menghentikan ini agar tidak menjadi lebih buruk lagi. Meskipun demikian, berdasarkan NDC yang diserahkan Indonesia kita sekarang memposisikan diri untuk pemanasan sebesar 4 derajat Celcius relatif terhadap revolusi pra-industri.
K: Dan inilah titik di mana perubahan-perubahan tidak akan bisa diputarbalikkan (ireversibel) lagi?
M: Pfft, titik ireversibel itu berada di pemanasan 2 koma sesuatu. Dengan dua derajat... dunia akan berakhir. Dan kita sekarang bicara 4 derajat, dan ini gila. Jika Anda melihat lebih jauh ke dalam NDC itu sendiri, dokumen ini menguraikan ambisi negara untuk sektor energi, sektor limbah, limbah beracun dan sebagainya - jika Anda memilih yang termudah saja yaitu sektor energi, Anda akan mengira bahwa mereka akan menjanjikan "nol batubara pada tahun 2050 ,” Itulah yang dilakukan Jerman. Tetapi ternyata apa yang telah ditulis Indonesia adalah pada tahun 2050 kami, Indonesia, akan memiliki batubara MINIMUM 25%, yang berarti mereka memiliki NOL niat, untuk menghilangkan batubara sepenuhnya.
K: Baik. Itu gila, karena kita Indonesia sangatlah kaya akan sumber daya alam, dan energi terbarukan, contohnya panas bumi dan kita memiliki matahari sepanjang tahun. Maksud saya, bahkan negara-negara di Eropa yang sangat senang menggunakan energi matahari, seperti Jerman, tidak memiliki banyak matahari sepanjang tahun, mereka memiliki musim dingin. Dan itu gila bagi saya, fakta bahwa kita memiliki sekitar 12 jam matahari setiap hari sepanjang tahun dan kita tidak memanfaatkannya. Ini pada dasarnya seperti energi gratis, uang gratis yang tidak diambil. Itu gila. Menurut Anda apa yang akan terjadi pasca-pandemi? Saya pernah mendengar bahwa di beberapa negara seperti China, mereka bermaksud mempercepat pertumbuhan ekonomi mereka "untuk menebus waktu yang hilang". Menurut Anda apa yang akan dilakukan Indonesia?
M: Sepertinya sudah ada kabar-kabar seperti itu juga. Saya tidak ragu bahwa jika tidak ada yang mengemukakan kegelisahan mereka tentang ini, hal seperti itu yang pasti akan terjadi. Itulah mengapa saya pikir penting sekali bagi kita sebagai warga negara untuk menyuarakan (aspirasi dan kegelisahan) kita. Sekali lagi jika itu terserah mereka, uang adalah segalanya kan? Sangat fokus pada pertumbuhan ekonomi. Nah, apa yang menurut saya akan terjadi? Sebenarnya saya adalah orang yang optimis terlepas dari apa yang saya bicarakan sejauh ini. Saya percaya pada umat manusia, dan kita manusia semakin pintar setiap saatnya. Seperti yang Anda katakan sebelumnya 3,5% dari populasi tidaklah banyak. Ini bukan tentang menggerakkan seluruh masyarakat Indonesia untuk memprotes ini, terutama karena 60% dari populasi Indonesia masih terancam oleh garis kemiskinan. Sehingga tidak masuk akal untuk mengharapkan semua orang memprotes. Namun, apa pun yang terjadi perubahan akan datang, suka atau tidak. Karena pada titik tertentu, banjir akan menjadi sangat buruk, atau krisis air akan benar-benar melanda pulau Jawa di saat bersamaan, atau krisis pangan akan semakin memburuk. Pada titik tertentu, orang-orang akan menyadari, dan orang akan mengeluh, dan orang akan berdemonstrasi. Ini hanya masalah..
K: Ya, mereka akan menuntut perubahan.
M: Ya jika tidak, mereka akan mati!
K: Seperti yang Anda katakan, hanya butuh 3,5% dari kita, kan?
M: Ya. Jadi saya pikir itu akan terjadi. Saya tidak tahu pasti seberapa besar skenario pertumbuhan ekonomi yang didorong pemerintah akan merusak lingkungan secara keseluruhan, sebelum berhenti. Tapi saya tahu ini akan dihentikan, ini tugas kita kan? Kita benar-benar harus menghentikannya sebelum musibah menjadi sangat sangat parah.
K: Jadi jelas sekali banyak orang merasa tertekan karena ini dan bahkan sebuah istilah baru ‘eco-anxiety’ atau ‘kecemasan lingkungan’ telah muncul. Saya juga tahu bahwa Anda sering merasakan hal itu. Jadi apa yang bisa dilakukan orang sekarang ini untuk bertindak? Karena sekarang banyak orang punya waktu berlebih selagi di rumah saja, dan kita menjadi lebih memperhatikan isu-isu penting. Bagaimana sebaiknya orang bisa ‘turun ke jalanan’ tanpa harus secara harfiah turun ke jalanan? Karena jelas kami harus di rumah saja.
M: Ya, pada titik tertentu akan datang saatnya di mana akan cukup aman lagi untuk keluar. Dan di saat itu kita harus kembali ke jalanan walaupun kita harus tetap menerapkan jaga jarak. Sementara waktu, gunakan suara Anda. Gunakan suara Anda online, gunakan suara Anda di dalam komunitas langsung Anda, buat mereka tahu tentang isu-isu ini. Untuk melakukan ini, selalu ada dua pilihan pendekatan. Pertama, Anda harus benar-benar menuntut pemerintah dan untuk mendapatkannya, Anda membutuhkan orang. Jadi meningkatkan kesadaran orang-orang masih menjadi prioritas saat ini, karena sekali lagi Anda tidak bisa keluar ke jalanan. Tujuannya adalah untuk menyebarkan kesadaran sehingga ketika kita dapat pergi ke jalanan, Anda memiliki cukup banyak orang untuk pergi bersama Anda. Sungguh, bergabunglah dengan gerakan daring, terus gunakan suara Anda. Anda tidak tahu siapa saja yang mungkin mendengarkan. Jangan berpikir bahwa oh karena Anda masih menggunakan sedotan, atau masih mandi lama atau apa pun, Anda tidak berhak berbicara. Setiap orang berhak berbicara! Isu ini tentang keberadaan Anda di muka Bumi! Tidak masalah apa yang kita lakukan, bahkan jika kita masih sering pergi berbelanja atau apa pun, siapa yang peduli? Bahkan jika Anda makan daging sapi, lalu apa? Anda telah dilahirkan ke dalam masyarakat di mana daging sapi tersedia dan Anda dapat membelinya, tentu bukan salah Anda kalau McDonalds rasanya enak?
K: Saya merasa seperti - saya ingin menambahkan - sepertinya banyak perusahaan di luar sana telah melakukan sebuah hal yang sebenarnya cukup licik. Mereka telah memberi tahu konsumen, contohnya perusahaan air mineral: “Hei, belilah sebotol air mineral kami, tapi tanggung jawab Anda ya untuk mendaur ulang ini! Jadi jika dunia terbakar, itu salah Anda ya, karena Anda tidak mendaur ulang!" Seberapa liciknya itu? Padahal merekalah yang memproduksi botol-botol air. Ini juga berlaku di hal lain, contohnya di dalam industri energi. Dan menurut saya kita sebagai konsumen tidak bisa benar-benar efektif dalam mengawasi perusahaan-perusahaan ini. Akan membutuhkan banyak sekali orang-orang. Jadi itu sebabnya memiliki perubahan sistemik dari pemerintah sangat penting dan memfokuskan protes kita pada pemerintah untuk melakukan perubahan-perubahan sistemik akan sangat sangat penting. Menurut Anda seberapa krusial kah memperhatikan apa yang dilakukan pemerintah?
M: Jika Anda ingin benar-benar melacak apa yang dilakukan pemerintah satu per satu, itu akan cukup melelahkan. Akan membuat cukup stres. Namun Anda mengangkat poin yang sangat menarik, yaitu menurut saya korporasi-korporasi telah benar-benar mengarahkan perubahan lebih kearah perubahan individu dengan sedemikian rupa sehingga mengalihkan perhatian dari masalah yang sebenarnya. Sekali lagi, kembali ke emisi karbon – ini lah istilah yang terus mereka gunakan, saya bahkan tidak suka istilah 'emisi karbon', apa sih emisi karbon itu? Bahkan tidak begitu jelas. Seharusnya disebut "sesuatu yang membunuh orang" saja. Itu catatan samping saja. Kembali lagi – sebenarnya dengan perubahan individu, dan jangan salah paham, saya tidak mengatakan perubahan individual tidak penting, ini pikir sangat diperlukan. Dan menurut saya di Dunia Baru yang ingin kita tinggali, di dunia yang resilien di mana kita hidup dalam harmoni dengan alam, perubahan-perubahan individu ini akan menjadi cara hidup. Apakah menurut saya perubahan individu saja cukup untuk menyelamatkan kita dari keadaan darurat iklim sekarang? Tidak. Itu sangat jelas. Tidak akan. Tidak akan ada dampak apa pun jika dunia berhenti menggunakan sedotan plastik, kita masih akan terbakar. Tidak akan ada dampak apa pun jika seluruh dunia berhenti menggunakan plastik sekali pakai, kita akan tetap terbakar. Namun, apakah ada ruang untuk plastik sekali pakai di Dunia Baru nanti? Tidak. Menurut saya kuncinya adalah ..
K: Ya, kita kehabisan waktu.
M: Benar. Kita masih harus melakukannya, tetapi itu saja tidak cukup. Sekali lagi seperti yang Anda katakan, kita terdesak waktu. Seperti yang Anda katakan sebenarnya sangat rumit apa yang mereka lakukan. Jika Anda melacak kembali — sebenarnya ada banyak film dokumenter tentang ini. Netflix sebenarnya menayangkan banyak film dokumenter yang bagus, sehingga orang bisa langsung mencari dan menontonnya. Industri daur ulang, misalnya, diciptakan oleh industri virgin plastic atau plastik baru. Mereka sejak awal sudah tahu sepenuhnya bahwa hanya sebagian kecil dari plastik yang mereka hasilkan dapat didaur ulang. Namun, mengetahui hal ini, mereka tetap sengaja mempopulerkan konsep daur ulang besar-besaran dan mereka memompa miliaran dolar untuk mengkampanyekan kepada dunia bahwa Anda bisa mendaur ulang, sehingga mereka memiliki lebih banyak alasan untuk membuat plastik baru. Jadi inilah taktik yang mereka telah gunakan untuk semuanya. Ini memacu konsumerisme saja, dan terkait dengan naratif mereka tentang pertumbuhan ekonomi. Padahal, faktanya adalah tidak ada yang namanya pertumbuhan ekonomi tanpa batas di planet yang terbatas. Tidak ada. Tidak memungkinkan. Dan dari awal inilah alasan kita semua sekarang berada di dalam masalah.
K: Baik. Sejalan dengan pembicaraan kita sebelumnya tentang perlunya memperhatikan apa yang dilakukan pemerintah, apakah Anda memiliki rekomendasi sumber-sumber yang dapat kami gunakan untuk mengamati apa yang sedang terjadi dari segi isu iklim?
M: Ya, untuk Indonesia khususnya, sebenarnya ada banyak organisasi yang mengikuti berita-berita ini. XR tentu saja, kami akan memposting berita sesekali. Tetapi LSM lainnya yang sudah lama ada di sini seperti Greenpeace, 350, mereka sebenarnya sering mengangkat banyak isu atau berita lokal. Contohnya seperti jika ada UU baru yang akan disahkan, atau jika ada peraturan baru yang akan diterapkan. Semua organisasi itu adalah sumber yang sangat bagus untuk mengamati hal-hal ini. Namun sebenarnya, seperti yang saya tadi sebutkan, teknologi sudah berkembang begitu hebatnya sehingga semakin banyak Anda mencari hal-hal sini di Google dan Instagram, semakin berita-berita ini akan disarankan kepada Anda karena algoritma-nya. Menurut saya ini hal yang brilian dan sepertinya dengan beginilah kesadaran orang-orang akan meningkat, dan kita akan menjadi lebih berwawasan, dan kita tidak akan menerima semua omong kosong ini lagi. Saya benar-benar percaya bahwa dunia akan berubah menjadi lebih baik.
K: Baik, jadi kita perlu mulai saja ya?
M: Mulailah saja mendidik diri sendiri tentang krisis iklim. Sebenarnya, Anda dapat mengikuti tagar di Instagram. Anda dapat mulai mengikuti tagar #krisisiklim atau #climateemergency. Karena jujur saja saking buruknya kondisi dunia sekarang, setiap minggu setidaknya ada dua berita baru yang membuat kita terkaget-kaget. Contohnya “Rekor baru suhu terpanas di Antartika,” atau “Siberia mengalami suhu 26 derajat Celcius di tengah musim dingin” Apa yang sedang terjadi?! Lalu, tempat lain seperti Prancis nantinya tidak akan lagi memiliki kebun anggur karena semua hasil panen akan mati karena terlalu panas!
K: Ya, karena akan terlalu panas.
M: Resor ski, harus membuat salju palsu. Ini mungkin berkesan tidak penting, namun — sebenarnya kejadian yang besar akan terjadi di Afrika di mana akan terjadi paceklik yang heboh karena invasi locust (belalang). Ini sudah seperti kejadian-kejadian di Alkitab! Aduh, semakin kamu membaca tentang ini – omong-omong di sini lah eco-anxiety mulai menyerang!
K: Ya, ini memulai efek bola salju psikologis. Persis seperti perubahan iklim ireversibel! Baik, agar lebih ringan, apa yang bisa dilakukan orang-orang? Jadi kita perlu mendidik diri kita sendiri. Tautan apa tadi yang Anda sebutkan? Apakah namanya ‘climate watch’ atau ‘climate tracker’ (pengamat iklim)?
M: Jika Anda ingin tahu statistik-statistik sebenarnya, seperti angka-angka proyeksi emisi dari kebijakan masing-masing negara, ada situs web yang disebut climateactiontracker.org. Situs ini melacak emisi karbon dari masing-masing negara per kurun waktu. Jadi misalnya untuk Indonesia, Anda dapat melihat di mana posisi kita pada tahun 2011, 2012, 2013 dan seterusnya hingga sekarang. Mereka melakukan ini dengan mereka melihat ke dalam ekonomi negara, kebijakan-kebijakan yang ada, bagaimana industri apa saja sebenarnya mempengaruhi PDB dan sebagainya. Mereka juga menggunakan modeling untuk memproyeksi dampak dari kebijakan-kebijakan pemerintah agar kita bisa melihat apa yang akan terjadi tahun depan dan tahun sesudahnya dan tahun sesudahnya sampai 2050. Dan berdasarkan ini, Anda benar-benar dapat melihat di mana setiap negara memposisikan diri mereka. Dan posisi Indonesia benar-benar buruk. Namun membandingkan Indonesia dengan negara lain tidak adil, kan. Jadi yang bisa Anda lakukan adalah membandingkan Indonesia sekarang dengan Indonesia sebelumnya. Dan Anda akan melihat bahwa komitmen Indonesia untuk menjaga kehancuran bumi ke titik seminimal mungkin sebenarnya telah berkurang! Jadi kebijakan-kebijakan kita beberapa tahun lalu tidak begitu destruktif dibandingkan dengan sekarang. Dan ini benar-benar memperlihatkan niat pemerintah yang sebenarnya. Saya terus kembali ke masalah ini tetapi sangatlah penting bagi kita untuk bersuara karena jika kita serahkan saja kepada pemerintah untuk melakukan apa pun yang mereka mau, pfft, saya pasti tidak akan mau punya anak, saya bilang begitu saja.
K: Baiklah. Jadi, kita perlu terus mendidik diri kita sendiri dan memperhatikan apa yang terjadi di dunia, dan kita harus bergabung dengan gerakan-gerakan ya untuk memperkuat suara kita. Bisakah Anda merekomendasikan beberapa gerakan untuk diikuti?
M: Ya, XR! Isunya dengan gerakan.. Bagi saya XR — Secara pribadi saya sudah mengalami kecemasan lingkungan (eco-anxiety) selama lebih dari setahun. Ini sebenarnya tidak terlalu lama. Namun semenjak itu saya sudah mencoba semuanya. Bagi mereka yang mengenal saya, kalian mungkin melihat bahwa saya adalah seorang ekstrimis gila di tahun lalu. Sampai-sampai saya bahkan mandi dengan air mandi bayi keponakan saya, saya tidak menggunakan air baru lagi untuk mandi..
[KESALAHAN TEKNIS]
K: Saya tidak yakin. Apakah Anda keberatan mengulangi apa yang Anda katakan karena koneksi kita terputus.
M: Ya, jadi saya benar-benar telah mencoba segalanya. Jadi seperti yang Anda sebutkan sebelumnya saat memperkenalkan saya, saya seorang pengrajin mainan dan saya menyewa tempat di dekat rumah saya untuk bengkel saya sehingga saya tidak perlu mengendarai mobil untuk pergi bekerja. Jadi saya mengendarai ‘autoped’ yang non-listrik. Namun intinya adalah saya telah mencoba segalanya. Dan setelah menelaah hasil riset yang sangat banyak, sepertinya harapan terbesar umat manusia dalam menyelesaikan masalah kepunahan ini adalah melalui gerakan seperti XR di mana itu non-politis.
K: Anda memiliki tagar, bukan? Disebut #bawelbuatbumi
M: Ya ada itu, lalu #rebelforlife (berontak untuk hidup) karena Anda sebenarnya memberontak untuk tetap hidup. Gerakan ini sangat bagus karena tidak politis, dan solusinya sangat jelas – oh! itulah yang saya lupa jelaskan: tiga tuntutan XR.
K: Tidak apa-apa! Jadi apa saja tiga tuntutan XR? Sayangnya kami harus segera menyelesaikan live stream ini. Bisa juga melihat tiga tuntutan XR pada instagramnya di @extinctionrebellion.id dan ada di situs web mereka juga, ditautkan di sini di komentar extinctonrebellion.id
M: Ya. Pada dasarnya, hal pertama yang diperlukan setiap negara untuk bisa memulai perubahan apapun adalah pernyataan dari pemerintah bahwa ada memang suatu masalah. Dan ini adalah hal yang sepertinya sulit sekali dilakukan oleh pemerintah di mana-mana. Negara perlu menyatakan apa yang sebenarnya terjadi tentang isu ini. Kemudian setelah negara menyatakan bahwa ada masalah darurat iklim, ubahlah semua kebijakan negara dengan mempertimbangkan masalah ini. Jadi mulai dari kebijakan pendidikan, misalnya, masukkanlah isu iklim ke dalam kurikulum; lalu energi: hentikanlah penggunaan energi tidak terbarukan; lalu pengolahan air: hentikanlah pemompaan air dari tempat yang mulai kehabisan air. Jadi itulah tuntutan kedua: tuntutan untuk bertindak dan benar-benar menyesuaikan kebijakan. Yang ketiga adalah memiliki majelis warga. Ini sebenarnya cukup panjang jadi mungkin Anda harus membacanya sendiri nanti (dari situs atau instagram XR). Pada dasarnya majelis ini merupakan kelompok orang non-pemerintah yang dipilih secara acak yang benar-benar mewakili masyarakat. Beri mereka informasi lengkap tentang masalahnya dan opsi-opsi apa saja yang bisa dipilih, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang sepenuhnya adil dan yang benar-benar untuk rakyat. Karena itulah masalah terbesar kita sekarang. Keputusan yang dibuat saat ini bukan untuk rakyat melainkan untuk pertumbuhan ekonomi, yang hanya menguntungkan segelintrir pihak elit, yang sekali lagi tidak mengutamakan kesejahteraan rakyat.
K: Benar. Terima kasih Mel untuk semua informasi ini dan informasi tentang tiga tuntutan XR Indonesia. Untuk info lebih lanjut, kalian bisa melihat instagram XR Indonesia. Sekali lagi, beberapa tindakan yang dapat Anda lakukan adalah untuk terus mendidik diri sendiri — tadi kami telah menyebut beberapa tautan yang bisa Anda gunakan dan XR, tentu saja Anda bisa mengikuti mereka di media sosial mereka sering memposting berita. Anda juga dapat mencari berita-berita seputar isu iklim di The Guardian atau segala jenis outlet berita independen di luar sana, dan Anda juga dapat bergabung dengan gerakan-gerakan! Karena ini murah, Anda akan mendapatkan teman-teman baru, dan ini sebenarnya sudah terbukti sebagai cara paling efektif untuk menyulut perubahan. Anda perlu menyatukan dan memperkuat suara Anda dengan suara orang-orang lain di sekitar Anda yang percaya pada hal yang sama. Jika 3,5% saja dari suatu populasi setuju akan hal yang sama, Anda dapat membuat perubahan. Dan ini sudah terbukti. Ini telah dibuktikan oleh sejarah. Terima kasih banyak, Mel, telah menjadi tamu kami hari ini. Kami akan mencoba memasukkan transkrip Bahasa Indonesia untuk ini. Green Drinks Jakarta selama ini memang selalu menggunakan bahasa Inggris, namun untuk livestream daring kami kami akan mencoba memposting informasi penting dari lifestream ini dalam bahasa Indonesia juga. Terima kasih banyak sudah mendengarkan, dan jangan lupa untuk cari tahu lebih lanjut tentang Extinction Rebellion Indonesia. Selamat malam semuanya!
Thanks for watching! For more updates on the next Green Drinks, click here.
Watch, read, and listen to more
Green Drinks Jakarta podcasts.